02 September, 2008

Berita Jawa Pos 26 Juni 2008




[ Jawa Pos Kamis, 26 Juni 2008 ]
Little Nine, Ekstrakurikuler Hip Hop ala Sekolah Kreatif SD
Lirik Tetap Islami dan Khas Anak-Anak

Sekolah kreatif SD Muhammadiyah 16 punya ekstrakurikuler yang sesuai dengan spirit mereka, kreatif. Sekolah itu bisa menjadikan hip hop, musik ingar-bingar yang rancak, menjadi irama yang pas untuk anak-anak yang religius.

EKO PRIYONO

SUARA musik hip hop mengalun keras dari ruang bermain di lantai dua gedung belajar SD Muhammadiyah 16. Di ruang berukuran 4 x 4 m tersebut, sepuluh siswa ekspresif berjoget mengikuti suara musik menggetarkan itu.

Setiap siswa memeragakan gaya berbeda. Ada yang mengangkat satu kaki dengan terkepal sembari memiringkan tubuh. Ada pula yang berjoget sederhana serta menggerakkan tubuh ke kiri dan kanan sambil satu tangannya seolah-olah memegang mik, sedangkan tangan lainnya lurus ke samping.

Saat beraksi, siswa kelas III tersebut terkadang menyanyi bersama dalam nada berbeda. Sebagian mengambil suara rendah dan lainnya bernyanyi dengan suara tinggi. Sesekali, sebagian siswa menyelingi alunan nada itu dengan lirik-lirik khas sehingga lagu terasa ramai. Ada pula siswa yang hanya meneriakkan (shout) kata terakhir pada baris-baris lagu.

Aktivitas tersebut merupakan salah satu latihan grup hip hop Little Nine yang kini menjadi salah satu andalan SD Muhammadiyah. "Kami latihan tiap Sabtu," kata Heru Cahyono, manajer produksi Little Nine.

Meski rata-rata siswa masih berusia sepuluh tahun, mereka piawai menyanyikan lagu bernuansa nge-rap itu. Musik hip hop di sekolah tersebut baru berumur dua bulan. Ide awalnya adalah keinginan membuat ekstrakurikuler yang berbeda. Mulanya, mereka akan membuat kasidah atau gambus yang identik dengan keislaman. Namun, dua jenis musik itu bukan hal baru dan sering ditemui di sekolah lain.

Akhirnya, sekolah mengambil aliran musik hip hop. Liriknya disesuaikan dengan dunia anak-anak. "Sehingga, anak-anak mudah menghafal dan menyanyikannya," tutur Heru. Dia juga tidak ingin meninggalkan corak agamais. Karena itu, liriknya mengandung pesan dan cerita yang terkait dengan agama.

Selain itu, lagu hip hop memiliki kesan bersemangat dan memunculkan banyak ekspresi. Prinsip team work dalam membawakan lagu pun menjadi salah satu alasan. Sebab, jenis lagu hip hop akan sangat sulit dinyanyikan jika penyanyi tidak kompak.

Saat ini, sekolah yang berada di Jl Barata Jaya II a itu memiliki empat lagu. Antara lain, Pulang Kampung, Doa Makan, Hore, dan Sahur. Lagu Pulang Kampung dan Doa Makan dinyanyikan oleh Little Nine cewek. "Lagu tersebut lebih bernuansa slow, cocok dengan karakter cewek," ucapnya.

Sedangkan lagu Hore dan Sahur yang memiliki karakter nada cepat dan lebih sering bergoyang dinyanyikan oleh Little Nine cowok. Rencananya, dalam album pertama, Little Nine menyanyikan sembilan lagu. Jumlah lagu itu pula yang mendasari nama grup hip hop.

Empat di antara lagu tersebut adalah karya guru-guru sekolah itu sendiri. Memang, satu lagu tidak diciptakan oleh seorang guru. Lirik awalnya diciptakan oleh seorang guru, selanjutnya guru-guru lain menambahi. "Katanya kan banyak kepala lebih baik dan sempurna ketimbang satu kepala," jelas dia lantas tertawa.

Sebelum menentukan anggota grup, sekolah menyelenggarakan audisi internal. Seperti jamaknya audisi, para siswa yang tertarik dengan ekstrakurikuler tersebut diminta menyanyi satu per satu di hadapan siswa lain. Jenis lagu diserahkan kepada setiap siswa.

Hanya, saat audisi, siswa diminta menyanyikan satu lagu dengan dua gaya nada. Gaya pertama, siswa bernyanyi dengan nada seperti lagu asli. "Kalau slow, ya slow. Kalau cepat, ya nyanyinya cepat," terang pria yang sebagian rambutnya telah memutih itu. Sedangkan gaya kedua, siswa diminta menyanyikan lagu dengan nada dipercepat. Untuk mempermudah siswa, tim penilai yang terdiri atas guru ekstrakurikuler tersebut membuat ketukan agar siswa mengikuti.

SD kreatif itu ternyata melibatkan pihak luar dalam melatih siswanya bermusik hip hop. Antara lain, Dino Perdana yang juga vokal Nucleus sebagai pelatih vokal dan Anton Surya Atmaja yang bertugas memproduksi musik dari Raen Music Production. "Sebelumnya, kami teman dekat. Akhirnya, kami bekerja sama untuk melatih anak-anak," kata EkoWahyudi, guru ekstrakurikuler di SD tersebut.

Menurut dia, dengan melibatkan banyak orang, pembuatan menjadi semakin mudah. Sebab, setiap orang memiliki tugas sendiri-sendiri. Meski, terkadang mereka saling meminta saran kepada orang lain sebelum menentukan sesuatu, misalnya nada, lirik, beat, dan gaya.

Lajang yang juga koreografer Little Nine itu mengatakan, awalnya sangat sulit membuat anak-anak bisa menyanyikan lagu hip hop. Sebab, lagu tersebut mengandalkan suara penyanyi sebagai daya tarik. Lirik lagu cepat dan panjang juga mudah menghabiskan napas.

Selain itu, gerakan tubuh yang atraktif membuat siswa kesulitan mengatur napas. "Pada awal-awal latihan, anak-anak sering kehabisan tenaga dan napas di tengah-tengah lagu," imbuh alumnus Universitas Muhammadiyah Surabaya tersebut. Karena itulah, siswa sering "mencuri napas". Akibatnya, penampilan menjadi kurang bagus.

Hal tersebut diakui oleh Denisa Auliya. Siswa yang mengaku rumahnya tidak jauh dari sekolah itu harus megap-megap saat latihan. "Sampai serak, Mas," ucapnya sambil memegang leher.

Eko menambahkan, anak-anak cenderung masih malu-malu tampil di depan umum. Karena itulah, dia melatih khusus agar mereka �pede tampil di depan umum. Caranya, siswa disuruh berbaris seraya memejamkan mata. Mereka disuruh membayangkan siapa saja yang ada di depannya.

Dalam kondisi terpejam, mereka disuruh berekspresi sambil sedikit demi sedikit membuka mata. "Lama-lama, mereka tidak gugup lagi saat disuruh tampil," jelas pria yang tinggal di Ngagelrejo Kidul itu.

Soal gerakan, dia tidak mengharuskan siswa melakukan gerakan yang diajarkan. Awalnya, siswa dibebaskan melakukan gerakan apa pun. Eko mengatakan, hal tersebut dilakukan untuk melatih kreativitas. Jika diajari gerakan tertentu sejak awal, siswa dikhawatirkan terpaku pada yang diajarkan karena takut salah.

Namun, dalam perjalanannya, pengajar memasukkan gaya-gaya tambahan sebagai variasi dari gerakan yang dimiliki siswa. Anak-anak juga diminta berlatih sendiri di rumah menggunakan VCD dari sekolah. "Dari sana, mereka bisa belajar banyak gaya yang dapat dipraktikkan sendiri," terangnya.

Anak-anak juga dilatih memainkan musik big box. Yaitu, memunculkan suara alat musik melalui mulut. Deb..cek..deb..deb..cek..deb. Sebab, sesekali siswa tampil tanpa diiringi suara alat musik. Big box juga berfungsi untuk mengisi waktu jeda antara satu lagu dengan lagu lainnya.

Namun, tujuan utamanya adalah mengalihkan perhatian penonton jika ada anggota grup yang lupa dengan lagu yang dinyanyikan. "Kalau bisa suara big box, pasti sanggup meniru banyak suara hewan," tambahnya sambil memberikan contoh menirukan suara kucing dan kambing.

Untuk melatih olah vokal yang cepat, pengajar menggunakan cara sederhana. Yaitu, mengucapkan huruf B-P-L-R-T yang dibuat cepat. Olah vokal tersebut hampir selalu dilakukan setiap latihan.

Kini, Little Nine telah menyelesaikan rekaman empat lagu. Proses rekaman dilakukan di Praktika Music Studio di daerah Pucang Adi dengan biaya dari orang tua siswa. "Alhamdulillah mereka (orang tua, Red) mendukung kegiatan itu," ungkapnya.

Rencananya, album tersebut di-launching menjelang bulan puasa. Heru menambahkan, penjualan album ke pasaran hanya efek samping ekstrakurikuler hip hop. Tujuan awalnya adalah memberikan keterampilan bermusik hip hop.

Meski baru dua bulan latihan, mereka telah berani tampil di depan umum. Terbaru, mereka tampil dalam musyawarah pimpinan wilayah Muhammadiyah yang dihadiri oleh Dien Syamsuddin pekan lalu di gedung Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim di Jl Kertomenanggal. (*/dos)

No comments: